Berita Website– Cerita Nabi Nuh AS yaitu peristiwa banjir bandang besar yang menimpa kaumnya, yang tidak mau taat dan bertobat. Pada saat tersebut, Nabi Nuh AS beserta pengikut setianya membuat kapal besar. Sehingga mereka bisa selamat dari azab pedih Allah SWT. Nabi Nuh AS sangat dikenal dengan kesabarannya walaupun sudah dibenci oleh banyak orang.
Keteguhan, ketabahan, dan kesabaran hati dari Nabi Nuh AS sudah sangat teruji. Karena beliau sudah berdakwah selama 950 tahun untuk mengenal Allah lebih dalam lagi. Melansir berbagai sumber, nama Nuh AS berasal dari bahasa Syria yang berarti ‘bersyukur’. Nabi Nuh juga mendapatkan gelar dari Allah SWT sebagai abdussyakur.
Gelar itu berarti hamba yang banyak bersyukur sesuai dengan surat Al-Isra ayat 3. Yang berbunyi: “[Yaitu] anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh AS. Sesungguhnya dia adalah hamba [Allah] yang banyak bersyukur,” bunyi terjemahan surat Al-Isra ayat 3.
Nabi Nuh AS juga masuk dalam rasul Ulul Azmi, yaitu rasul dengan ketabahan dan keteguhan hati yang luar biasa. Sesuai surat Al-Ankabut ayat 14, Nabi Nuh bahkan berdakwah selama 950 tahun.
Nabi Nuh AS diutus oleh Allah SWT untuk menyerukan ajaran Allah SWT pada umat Bani Rasib yang menyembah berhala berupa patung-patung. Kezaliman di masa itu juga tengah meningkat pesat.
Dengan kesabaranya, Nabi Nuh AS mulai berdakwah kepada umatnya. Ia mengajarkan untuk menyembah Allah, meninggalkan maksiat, dan berbuat kebaikan.
Tetapi bukannya menurut, kaum Nabi Nuh AS tetap saja tidak percaya dengan ajaran dan peringatan yang disampaikan. Kaum Bani Rasib bahkan tak percaya bahwa Nabi Nuh AS merupakan seorang Rasul.
“Menurut riwayat, jumlah pengikut Nabi Nuh AS tidak lebih dari 80 orang. Para pengikut Nabi Nuh AS tersebut terdiri dari orang-orang miskin dan lemah,” demikian mengutip dari Nabi Nuh AS: Keajaiban Bahtera Raksasa karya Testriono dan Tim Divaro.
Tetapi, Nabi Nuh AS tidak pernah patah arang. Ia tetap melanjutkan dakwah meski menerima banyak celaan. Setiap kali Nabi Nuh AS berdakwah, mereka justru memasukkan anak jarinya ke telinga. Bukanya itu, ia juga menutup wajahnya dengan pakaian tanda penolakan.
Kisah perjuangan Nabi Nuh AS ini terdapat dalam Surat Nuh ayat 1-12.Pengikut Nabi Nuh AS bahkan sampai diusir oleh para penguasa dan orang-orang kaya di masa itu. Kaum Nabi Nuh AS juga menantang Nuh untuk mendatangkan azab yang selalu disampaikan oleh Nuh. Berikut bunyi terjemahan surat Hud ayat 32:
“Mereka berkata ‘Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami. Maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar’.”
Kemudian, Nuh menjawab bahwa azab itu hanya bisa didatangkan oleh Allah SWT. Allah SWT lalu meminta Nabi Nuh tidak bersedih dan tetap teguh pada pendirian. Nabi Nuh lalu berdoa agar Allah SWT memberi hukuman pada orang-orang kafir tersebut. Allah SWT lantas memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat sebuah bahtera berupa kapal besar.
Kapal tersebut dibuat dengan tujuan untuk mengangkut orang yang beriman beserta sepasang hewan. Allah SWT menyebut orang-orang kafir itu akan ditenggelamkan. Atas perintah itu, Nabi Nuh AS mengumpulkan pengikutnya dan bergotong royong membuat bahtera dari kayu. Yaitu, selama siang dan malam dalam beberapa tahun.
Kerja keras Nabi Nuh ini juga mendapat cemooh dari orang-orang yang tercela. Setelah bahtera itu dibuat dan tanda banjir besar akan datang, Nuh memerintahkan pengikutnya untuk naik ke kapal.
Perlahan, air bah pun mulai menggenang menenggelamkan daratan. Bunyi terjemahan surat Asy-Syu’ara ayat 119-120. “Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal,”
Dalam orang-orang yang ditenggelamkan itu, termasuk putra sulung Nabi Nuh AS, Kan’an dan istrinya yang durhaka. Nabi Nuh AS sempat mengajak Kan’an naik ke atas kapal, tapi ia menolak dan yakin dapat menyelamatkan diri.
Nabi Nuh AS lalu menyadari bahwa cinta pada anaknya membuatnya lupa pada Allah SWT. Nuh lalu memohon ampun kepada Allah SWT dan mengikhlaskan anaknya yang meninggal dan masuk dalam golongan orang kafir. Kapal Nabi Nuh AS lalu menepi di pegunungan Arafat. Setelah air surut, Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh AS untuk turun dan memulai kehidupan baru.
Berlabuhnya Kapal Nabi Nuh Ada di Papua
Lokasi berlabuhnya kapal Nabi Nuh menurut Alquran dan difirmankan ” Hai Bumi telanlah Air Nuh dan Hai langit Berhentilah, dan air pun disurutkan perintah pun diselesaikan dan bahterah itu pun berlabuh di atas bukit Juudii dan dikatakan “Binasalah orang-orang yang zalim Quran surah Hud 11:4”
Secara Fonologi, kata Ararat yang disebutkan dalam Genesis atau kejadian 8:4 ayat ini memiliki kemiripan dengan kata Irarutu yang merujuk ke sebuah tempat di Provinsi Papua Barat yang wilayahnya terbentang luas di 4 kabupaten di Provinsi Papua Barat yakni mencakup Kabupaten teluk Bintuni, Kaimana Fakfak dan teluk wondama.
Menurut Dr Jason Alexander Johan Jackson dalam disertai daftar filosofinya yang berjudul “a grammar of irarutu, a language of West Papua Indonesia. menyebutkan bahwa secara terminologi kata Irarutu merujuk kepada dua hal, yakni sebagai bahasa asli Irarutu dan kedua sebagai penduduk asli Irarutu.
Dalam disertasinya ini, Dr. Jason Alexander Johan Jackson juga menyebutkan bahwa kata Irarutu tersusun dari 2 kata, yakni Irarutu yang berarti Bahasa (language) dan tu atau true yang berarti baik.
Sehingga secara keseluruhan kata Irarutu bermakna sebagai true language atau ucapan atau bahasa yang baik.
Filosofi makna kata Irarutu ini didasari oleh adanya sebuah believe atau mitos yang diyakini oleh penduduk asli irarutu secara turun-temurun di irarutu bahwa tepatnya jika berada di atas gunung Irarutu, siapapun tidak boleh memilikinya kotor dan berkata-kata jahat. Karena dalam keyakinan mereka kata-kata jahat itu akan kembali kepada orang yang mengucapkannya
Dari sinilah filosofi makna kata Irarutu berasal mula dan makna kata irarutu yang disampaikan oleh Dr. Johan Alexander Johan Jackson dalam disertasinya ini ternyata memiliki kemiripan makna dengan kata erat dalam Alkitab Kejadian 8 : 4 yang dalam bahasa Ibrani bermakna The Curse Reserved.
Selain itu jika kata erat dalam Alkitab merujuk kepada pegunungan Ararat, maka demikian pula halnya dengan kata Irarutu yang juga merujuk kepada sebuah gunung yang disebut sebagai Gunung Nabi. Di mana menurut Dr. Jason exander Johan Jackson memiliki nama asli sebagai Mount Irarutu atau gunung Irarutu yang lokasinya berada di Teluk arguni, kabupaten Kaimana yang dianggap sebagai tempat paling suci oleh penduduk asli
Kepala suku Irarutu di Kabupaten Kaimana yang bernama Harun sabuku mengatakan bahwa menurut turun-temurun, konon kabarnya semua manusia di Papua berasal dari nenek moyang mereka yang tinggal di puncak gunung nabi.
Sementara, menurut hikayat gunung nabi, seluruh dunia tenggelam oleh banjir dan orang-orang terpilih yang berada dalam kapal Nabi Nuh terdampar di Gunung Nabi.
Masih menurut hikayat yang sama disebutkan bahwa pasca banjir surut, nabi Nuh dan ketiga anaknya bernama Irarutu, Mairasi dan Kuri beserta 48 orang penumpang lainnya yang berada di dalam bahtera tersebut turun dari gunung nabi dan menyebar ke seluruh dunia.
Irarutu menuruni gunung nabi melalui rute Sungai Narmasa terus ke tugarni Menuju Teluk arguni, dan Mairasi menuruni gunung nabi melalui rute sungai urere terus ke lobo dan terus Menuju Teluk Triton. Sedangkan Kuri menuruni gunung nabi melalui rute Sungai Wosimi tembus hingga ke teluk Bintuni dan teluk wondama.
Ketiga anak Nabi Nuh versi hikayat gunung nabi ini yakni Irarutu, Mairasi, dan Kuri lagi-lagi memiliki kemiripan dengan apa yang disampaikan dalam Alkitab yang menyebutkan bahwa Nabi Nuh memiliki tiga putra Yani Shem (Syam) Cham $Ham) dan Yepthet (Yafet).
Sedangkan, di dalam Alquran surat Hud ayat 44 justru disebutkan jika kapal Nabi Nuh berlabuh di bukit Juudii bukan di Ararat sebagaimana disebutkan dalam Alkitab.
Kata Juudii ini rupa-rupanya bukan asli berasal dari bahasa Arab, melainkan juga merupakan kata serapan dari bahasa Ibrani yakni dari kata gediy.
Sehingga kata Juudii dalam Quran Surah Hud 11: 4 ini jika dimaknai ulang maka maknanya akan menjadi bukit atau gunung tempat induk Sungai berasal, dan makna kata Juudii ini ternyata berkaitan erat dengan kata Ararat dalam Alkitab yang di atas disebutkan bahwa kata Araratt ini merujuk kepada Irarutu sebagai tempat keberadaan gunung nabi yang menurut hikayat setempat merupakan tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh.
Sejarah Gunung Nabi yang Disembunyikan
Sejarah islam di Papua yang ditulis oleh ustadz fadlan garamatan yang sudah lama mengabdikan dirinya berdakwah di papua. di artikel tersebut dikatakan bahwa papua yang dulunya bernama irian, sebenarnya nama aslinya adalah nuu waar yang berasal dari bahasa irarutu di kerajaan nama tota, kabupaten kaimana. nuu waar berasal dari kata nuu eva. nuu artinya adalah cahaya.
Sedangkan eva adalah nama hawa, istri nabi adam yg disebut dalam bahasa ibrani. dalam perjalanan waktu kata eva berubah menjadi waar yang artinya adalah menyimpan rahasia. maka nuu waar diartikan sebagai negeri atau bumi yang menyimpan rahasia atau dapat diartikan sebagai bumi penuh rahasia / bumi penuh misteri.
Nama nuu waar adalah nama yang berkembang bagi penduduk-penduduk asli papua yang saat itu sudah memeluk islam sejak tahun 1214 m. islam masuk ke bumi nuu waar (sekarang bernama papua) dibawa oleh syaikh iskandar syah dari kerajaan samudra pasai pada tanggal 17 juli 1214 m. lalu dilanjutkan oleh raden fatah dari kerajaan majapahit pada tahun 1400 m.
Kemudian pada tahun 1517 m, ibnu battutah singgah di nuu waar dalam pelayarannya mengelilingi dunia dan melihat di nuu waar masih banyak masyarakatnya yang tidak memakai pakaian alias telanjang bulat. sehingga nuu waar disebut juga oleh ibnu battutah sebagai negeri “uryan” (terbaca iryan/ irian) yang artinya telanjang. para pelaut bangsa portugis juga pernah singgah di bumi nuu waar pada tahun 1526-1527 m, dan mereka menyebut nuu war dengan isla de oro (island of gold).
Dakwah islam di bumi nuu waar kemudian dilanjutkan oleh aru pataka dari kerajaan bone pada tahun 1611 m dan sultan tidore dari kerajaan tidore pada tahun 1816 m. barulah pada bulan april 1854 m, dua orang penginjil asal jerman bernama carl willem ottow dan johann gottlob geissler berangkat ke ternate untuk meminta surat jalan ke sultan tidore untuk menuju pulau mansinam di bumi nuu waar. akhir mei 1854 m, ottow dan geissler tiba di ternate dan belajar bahasa nuu waar selama setengah tahun, dan barulah pada tanggal 5 februari 1855 mereka berdua tiba di pulau mansinam bersama-sama dengan sultan tidore menggunakan kapal milik kerajaan tidore. setibanya di pulau mansinam, sultan tidore melihat penduduk asli disana sudah memeluk islam.
Perubahan nama nuu waar menjadi papua terjadi sejak von der wall menulis kamus bahasa melayu – belanda yg di dalamnya terdapat istilah kata “papoewah” yang merujuk kepada para penduduk pribumi yang ada di bumi nuu waar yg artinya adalah orang yang berambut keriting. kata papoewah ini berasal dari bahasa melayu yaitu pua-pua yang artinya adalah keriting.
Nah isitilah kata papoewah inilah yg terus dikembangkan oleh bangsa belanda dan dilafalkan menjadi papua sebagai bagian dari upaya politik memecah belah warga pribumi dan menghasut mereka bahwa mereka bukanlah bagian dari Indonesia karena bentuk fisik tubuh mereka berbeda dan lebih mirip orang afrika. kemudian pada akhirnya dalam konferensi malino tahun 1963, ditetapkanlah nama papua menjadi irian yang merupakan singkatan dari ikut republik indonesia anti netherland. dan terakhir pada tanggal 1 januari 2000 ketika gus dur masih menjabat sebagai presiden indonesia, ia mengembalikan nama irian menjadi papua dan hingga sekarang kita mengenal pulau irian sebagai tanah papua / bumi papua bukan sebagai bumi nuu waar. Teka-tekii tempat bernama gunung nabi di papua ada pada nama nuu waar itu sendiri.
Legenda yang masih diyakini penduduk setempat di bumi papua sampai sekaranh adalah bahwa nenek moyang mereka adam dan hawa berasa dari suatu tempat bernama gunung nabi yang terletak di kecamatan babo, sekarang masuk wilayahkabupaten teluk bintuni, dimana sebelumnya masih merupakan wilayah kabupaten manokwari yang nama aslinya bukan manokwari melainkan ma-nuk-war yang merupakan pengucapan untuk ma-nuu-waar yang artinya orang yang berasal dari nuu waar yang berada di tempat yang tinggiyang sekarang dikenal sebagai gunung nabi di kecamatan babo, provinsi papua barat.
Masyarakat pribumi yang tinggal dan lahir di babo mengatakan bahwa menurut para orang tua mereka bahwa nama babo berasal dari kata baabussalam yang artinya pintu keselamatan. dan masih menurut masyarakat pribumi di babo bahwa arti nuu waar adalah pohon cahaya. nuu artinya adalah cahaya dan waar adalah pohon. mereka mengatakan bahwa karena mendekati pohon terlarang nuu waar yang ada di gunung nabi, adam dan hawa akhirnya diturunkan dari surga yang ada di gunung nabi yang ada di babo lengkap dengan busana seperti ketika mereka masih di surga yg ada di gunung nabi.
Menurut cerita masyarakat setempat bahwa gunung nabi adalah tempat nabi adam dan hawa diturunkan setelah mendekati pohon nuu waar yang ada di surga di dalam wilayah gunung nabi di babo. masyarakat setempat disana jg meyakini bahwa di gunung nabi ini terdapat bekas-bekas terdamparnya kapal nabi nuh. dan satu lagi, masyarakat setempat disana juga mengatakan bahwa presiden sukarno juga pernah diasingkan oleh belanda ke babo dan ketika di babo beliau pergi ke gunung nabi untuk bertirakat dan dari gunung nabi beliau mendapatkan sebuah pusaka sakti.
Apakah gunung nabi adalah gunung yang sama yang dimaksud dalam kitab taurat yang dalam bahasa ibrani disebut dengan gunung nebo dan dalam bahasa arab disebut dengan jabal nibu? jika mengingat nama dari babo yg merupakan tempat dimana gunung nabi itu berada ternyata berasal dari kata baabussalam maka ada kemungkinan bahwa gunung nebo atau jabal nibu yang dimaksud dalam kitab taurat adalah gunung nabi yang ada di babo, kabupaten teluk bintuni, papua barat mengingat sampai sekarang pun para pakar masih terus berdebat apakah gunung nebo yang ada di yordania saat ini adalah gunung yang sama dengan yang dimaksud dalam kitab taurat apalagi jika terkait dengan tabut perjanjian yang dikaitkan dengan gunung nebo ini.
Lantas apa kata kitab taurat tentang gunung nebo/jabal nibu ini?
Dalam kitab taurat (2 makabe:4-8), disebutkan,“(4) diberitakan tentang yeremia: atas ilham tuhan, nabi itu menyuruh supaya kemah suci dan tabut perjanjian dibawa bersamanua ke sebuah gunung. gunung itulah yang didaki musa untuk memandang negeri yang dijanjikan allah kepada bangsa kita. (5) ketika yeremia mendaki gunung itu, didapatinya sebuah gua yang besar. disitu disembunyikannya kemah suci, tabut perjanjian dan mezbah uskupan. lalu tempat masuk ke gua itu ditutupnya rapat-rapat. (6) beberapa orang yang ikut dengan yeremia pergi kesana untuk menandai jalannya, tetapi mereka tidak dapat menemukan gua itu. (7) ketika yeremia mendengar hal itu, ia menegur mereka danberkata ‘tempat itu akan tetap tidak diketahui sampai allah mengumpulkan umat-nya bersama-sama dan mengasihani mereka lagi’. (8) pada waktu itu allah akan menyatakan dimana benda-benda itu disembunyikan. maka cahaya tuhan akan kelihatan di dalam awan yang turun seperti dahulu dinyatakan kepada musa.”
Para ahli kitab berdebat tentang kutipan kitab taurat tersebut, mereka mengatakan bahwa bisa saja kutipan tersebut salah diterjemahkan selama bertahun-tahun. bisa jadi gunung tempat nabi musa memandang tanah yang dijanjikan (the promised land) yaitu gunung nebo/jabal nibu sebagaimana disebut dalam kitab ulangan 32:49 bukanlah gunung nebo/jabal nibu yang kita ketahui saat ini ada di yordania, tapi mungkin saja gunung nebo/jabal nibu yang namanya pun disamarkan sebagaimana disamarkannya tempat misterius itu.
Keberadaan Gunung Ararat dan Bukit Judi Akhirnya Terungkap
Secara fonologi, maka kata ‘ARARAT yang disebutkan dalam Genesis/Kejadian 8:4 ini memiliki kemiripan kata dan makna dengan kata IRARUTU, yang merujuk ke sebuah tempat di Provinsi Papua Barat, yang terletak di posisi 03o0′ – 03o41′ Lintang Selatan dan 132o1′ – 133o15’ Bujur Timur, yang wilayahnya terbentang luas di empat kabupaten di Provinsi Papua Barat, yakni mencakup: Kabupaten Teluk Bintuni, Kaimana, Fakfak dan Teluk Wondama.
Menurut DR. Jason Alexander Johann Jackson dalam disertasi doktor filosofinya yang berjudul “A Grammar of Irarutu, A Language of West Papua, Indonesia, with Historical Analysis” menyebutkan bahwa secara terminologi kata IRARUTU merujuk kepada dua hal, yakni sebagai “Bahasa Asli IRARUTU” dan kedua sebagai “Penduduk Asli IRARUTU”.
Di dalam disertasinya ini, DR. Jason Alexander Johann Jackson juga menyebutkan bahwa kata IRARUTU tersusun dari dua sub kata, yakni IRARU yang berarti “language” (ucapan/bahasa) dan TU yang berarti “true” (baik). Sehingga secara keseluruhan kata IRARUTU bermakna sebagai “True Language” atau “Ucapan/Bahasa yang baik”. Filosofi makna kata IRARUTU ini didasari oleh adanya sebuah “belief” atau “mitos” yang diyakini oleh Penduduk Asli IRARUTU secara turun temurun bahwa di IRARUTU tepatnya jika berada di atas GUNUNG IRARUTU siapapun tidak boleh memiliki niat kotor dan berkata-kata jahat, karena dalam keyakinan mereka kata-kata jahat itu akan kembali kepada orang yang mengucapkannya. Dari sinilah filosofi makna kata “IRARUTU” berasal mula.
Dan makna kata IRARUTU yang disampaikan oleh DR. Jason Alexander Johann Jackson dalam disertasinya ini ternyata memiliki kemiripan makna dengan kata ‘ARARAT dalam Al-Kitab Genesis/Kejadian 8:4 yang dalam bahasa Ibrani bermakna “The Curse Reversed” (umpatan yang berbalik).
Selain itu jika kata ARARAT dalam Al-Kitab merujuk kepada Pegunungan ARARAT, maka demikian pula halnya dengan kata IRARUTU yang juga merujuk kepada sebuah gunung, yang disebut sebagai “GUNUNG NABI” yang menurut DR. Jason Alexander Johann Jackson memiliki nama asli sebagai “MOUNT IRARUTU” atau “GUNUNG IRARUTU” yang lokasinya berada di Teluk Arguni, Kabupaten Kaimana yang dianggap sebagai tempat paling suci oleh Penduduk Asli IRARUTU.
Kepala Suku IRARUTU di Kabupaten Kaimana yang bernama Harun Sabuku mengatakan bahwa menurut pitutur turun temurun bahwa konon kabarnya semua manusia di Papua berasal dari nenek moyang mereka yang tinggal di puncak GUNUNG NABI.
Menurut Hikayat GUNUNG NABI, seluruh dunia tenggelam oleh banjir dan orang-orang terpilih yang berada dalam Kapal Nabi Nuh telah terdampar di GUNUNG NABI. Masih menurut hikayat yang sama, disebutkan bahwa pasca banjir surut, Nabi Nuh dan ketiga anaknya yang bernama IRARUTU, MAIRASI dan KURI beserta 48 orang penumpang lainnya yang berada di dalam bahtera tersebut turun dari GUNUNG NABI dan menyebar ke seluruh dunia. IRARUTU menuruni GUNUNG NABI melalui rute Sungai Narmasa terus ke Tugarni menuju Teluk Arguni, dan MAIRASI menuruni GUNUNG NABI melalui rute Sungai Urere, terus ke Lobo dan terus menuju Teluk Triton, sedangkan KURI menuruni GUNUNG NABI melalui rute Sungai Wosimi tembus hingga ke Teluk Bintuni dan Teluk Wondama.
Ketiga anak Nabi Nuh versi Hikayat GUNUNG NABI ini yakni: IRARUTU, MAIRASI dan KURI lagi-lagi memiliki kemiripan dengan apa yang disampaikan dalam Al-Kitab yang menyebutkan bahwa Nabi Nuh memiliki tiga putra yakni: SHEM (SYAM), CHAM (HAM) dan YEPHETH (YAFET).
Sekarang pertanyaannya adalah mengapa dalam Al-Quran Surat Hud ayat 44 justru disebutkan jika Kapal Nabi Nuh berlabuh di Bukit JUUDII bukan di ‘ARARAT sebagaimana diaebutkan dalam Al-Kitab.
Mari kita kaji…
Data tentang JUUDII
————————
Bahasa Arab: JUUDII.
Gematria Value: 23.
Jim – Wau – Dal – Ya
3+6+4+10 = 23)
Meaning: “Bukit Juudi”
Nah kata “JUUDII” ini rupa-rupanya bukan asli berasal dari Bahasa Arab melainkan juga merupakan kata serapan dari Bahasa Ibrani yakni dari kata “GEDIY”.
Data tentang GEDIY,
————————
Strong’s Number: 1423
Bahasa Ibrani: “GEDIY”
Ditulis: gediy
Dibaca: ghed-ee’
Gematria Value: 17.
Gimel – Dalet – Yod
3+4+10 = 17)
Meaning: “Same as strong’s number 0415”
Data tentang Strong’s Number 0415,
——————————————
Strong’s Number: 0415
Bahasa Ibrani: “GADAH”
Ditulis: gadah
Dibaca: gaw-daw’
Gematria Value: 12
Gimel – Dalet – Hey
3+4+5 = 12)
Meaning: “Bank River” (Induk/Kepala Sungai).
Sehingga kata “JUUDII” dalam QS. Hud 11:44 ini jika dimaknai ulang maka maknanya akan menjadi “Bukit/Gunung Tempat induk sungai berasal.” Dan makna kata “JUUDII” ini ternyata berkaitan erat dengan kata “ARARAT” dalam Al-Kitab yang di atas disebutkan bahwa kata “ARARAT” ini merujuk kepada “IRARUTU” sebagai tempat keberadaan “GUNUNG NABI” yang menurut hikayat setempat merupakan tempat berlabuhnya Kapal Nabi Nuh.
Kemudian Apa keterkaitan antara “JUUDII” dan ‘ARARAT?
Keterkaitannya adalah bahwa di “GUNUNG NABI” yang menurut DR. Jason Alexander Johann Jackson memiliki nama asli “MOUNT IRARUTU” atau “GUNUNG IRARUTU” di puncaknya terdapat tiga buah induk sungai besar, dan ini sesuai dengan makna dari kata “JUUDII” yang diserap dari bahasa ibrani “GEDIY” yang bermakna “Bank River” atau “Tempat Induk Sungai”.
Sungai pertama adalah Sungai Wosimi, yang bermuara ke Teluk Wondama (sekarang menjadi Kabupaten Teluk Wondama). Yang mendiami wilayah sekitar sungai itu adalah anak Nabi Nuh yang bernama KURI beserta keturunannya. Dan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari adalah Bahasa Kuri dan Bahasa Irarutu.
Sungai kedua adalah Sungai Urere, yang bermuara ke Teluk Triton. Yang mendiami wilayah sekitar sungai itu adalah anak Nabi Nuh yang bernama MAIRASI beserta keturunannya. Dan bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Mairasi.
Sedangkan Sungai ketiga adalah Sungai Narmasa, yang bermuara ke Teluk Arguni (sekarang Kabupaten Kaimana). Yang mendiami wilayah sekitar sungai itu adalah anak Nabi Nuh yang bernama IRARUTU beserta keturunannya. Dan bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Irarutu.
Sehingga dari sini kita akhirnya paham bahwa yang dimaksud sebagai “JUUDII” oleh Al-Quran dan “ARARAT” oleh Al-Quran ternyata merujuk ke tempat yang sama, yaitu “GUNUNG NABI” dimana nama aslinya adalah “GUNUNG IRARUTU” yang lokasinya berada di Teluk Arguni, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat, Indonesia.
Sehingga Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian di atas adalah:
JUUDII = ‘ARARAT = IRARUTU = GUNUNG NABI.
Masih mengenai GUNUNG NABI Papua, sebuah Jurnal Ilmiah terbitan Australian National University tahun 2015 yang berjudul “From Stone Age to Real Time, Exploring Papua Temporalities, Mobilities and Religiosities” disebutkan sebagai berikut,
“Papua is the land where Adam and Eve descended, where Noah’s Ark was stranded, and where all subsequent figures of the holy book lived. A mountain on the land between Arguni Bay and Wondama Bay is known under the name ‘mountain of the prophet’ (gunung nabi) and some Papuan Muslims like to perform the pilgrimage there instead of travelling to Mecca.”
Terjemahan:
“Papua adalah tanah tempat Adam dan Hawa diturunkan dari Surga, tanah dimana Kapal Nabi Nuh berlabuh dan tempat dimana seluruh tokoh penyebar ajaran kitab suci tinggal. Ada sebuah gunung di Papua yang terletak di dataran antara Teluk Arguni (sekarang Kabupaten Kaimana) dan Teluk Wondama (sekarang Kabupaten Teluk Wondama) dikenal dengan nama ‘GUNUNG NABI’ yang seringkali dikunjungi oleh beberapa Penduduk Muslim Papua jika mereka ingin melaksanakan ibadah haji ke Mekah.”
Sehingga hipotesis yang muncul dari apa yang disebutkan dalam jurnal ilmiah di atas terkait Gunung Nabi / Gunung Irarutu adalah:
(1) Gunung Nabi adalah tempat diturunkannya Adam dan Hawa.
(2) Gunung Nabi adalah tempat berlabuhnya Kapal Nabi Nuh.
(3) Gunung Nabi adalah tempat beberapa nabi menyebarkan ajaran kitab suci.
Berkenaan ketiga hipotesis tentang GUNUNG NABI yang disebutkan dalam Jurnal Ilmiah terbitan Australian National University di atas, rupanya DR. Jason Alexander Johann Jackson dalam disertasi doktor filosofinya yang berjudul “A Grammar of Irarutu, A Language of West Papua, Indonesia, with Historical Analysis” juga menyebutkan sebagai berikut,
“In 2010, language consultants relayed a creation myth in which ‘Nabi Mountain’ is revered as Biblical Mount Sinai (Zion) the place of ascension of both Jesus Christ and The Prophet Muhammad and the origin point of all mankind as well as human language.”
Terjemahan:
“Pada tahun 2010, konsultan-konsultan bahasa menyampaikan sebuah mitos tentang GUNUNG NABI yang merujuk ke Gunung Zion / Gunung Sinai yang disebutkan dalam Al-Kitab sebagai tempat naiknya Yesus Kristus dan Nabi Muhammad dan sebagai titik asal seluruh bahasa-bahasa berawal.”
Dan terkait hal ini saya pribadi juga sempat melakukan wawancara mendalam terhadap salah seorang teman saya yang tinggal di Kabupaten Manokwari, Papua Barat yang dulu pernah menjadi operator alat berat ketika membuka hutan untuk membuat jalan di kaki gunung di daerah Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Menurut kesaksian teman saya ini, ketika menjelang waktu maghrib dia bertemu dengan seorang kakek-kakek tua yang tidak menggunakan baju alias bertelanjang dada dan hanya menggunakan kain cawat berwarna merah yang smhanya sekedar untuk menutupi auratnya.
Tanpa menaruh curiga sedikitpun, teman saya ini mau saja ketika diajak oleh sang kakek untuk berkunjung ke rumahnya. Dalam perjalanan, teman saya ini menceritakan bahwa tanah tempatnya berjalan itu seperti bukan tanah seperti biasanya yang padat dan keras namun lebih seperti berjalan di atas balon, kemudian ketika mulai memasuki daerah perkampungan tempat si kakek tinggal, teman saya ini melihat adanya sebuah tempat yang jika dilihat dari susunan pohon-pohonnya berbeda jenis dengan pohon-pohon yang ada di hutan di kaki gunung tersebut, sepanjang mata memandang terlihat jika pohon-pohon tersebut memiliki ketinggian yang sama seolah seperti dipangkas dan dirawat oleh seorang tukang kebun.
Teman saya ini melihat dengan mata kepalanya sendiri jika si kakek berjalan di atas permukaan rawa-rawa seperti orang yg sedang berjalan di atas air. Seketika dalam waktu singkat, teman saya ini sudah berada di perkampungan tempat sang kakek tinggal, yang sepanjang penglihatannya tempat tersebut dipenuhi cahaya terang benderang dan banyak dihuni orang-orang yang berasal dari berbagai ras dan bangsa, mulai dari yang berkulit putih bersih sampai kepada yang berkulit hitam legam.
Dan anehnya di sepanjang jalan menuju perkampungan itu berserakan batu-batu permata berwarna-warni yang seakan tidak tersentuh manusia sama sekali, dan selain itu persis di tengah-tengah perkampungan terdapat sebuah danau besar di atas gunung yang airnya asin seperti air laut dan dipenuhi banyak ikan-ikan laut beraneka jenis.
Setibanya di rumah sang kakek, teman saya ini dipersilahkan duduk, dan sang kakek pun memperkenalkan dirinya sebagai “TETE CAWAT MERAH” yang bermakna “kakek yang menggunakan celana cawat merah”. Sang Kakek bercerita bahwa sebelum tinggal di GUNUNG NABI PAPUA, ia adalah orang yang pertama membuka peradaban di Pulau Jawa, tepatnya di daerah sekitar Pandeglang, Banten. Ketika itu ia dijuluki sebagai “AKI TIREM”, yang bermakna “kakek yang pertama” (kata “aki” bermakna “kakek” dan kata “tirem”berasal dari bahasa ibrani “terem” yang bermakna “yang pertama” atau “awal mula”).
Sang kakek juga bercerita bahwa GUNUNG NABI di Papua itu ada dua, yakni GUNUNG NABI KECIL yang berada di Bomberai, Kabupaten Fakfak, Papua Barat yang dikenal masyarakat setempat sebagai GUNUNG BAHAM. Dan yang satunya lagi adalah GUNUNG NABI BESAR yang berada di Teluk Arguni, Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Kedua GUNUNG NABI ini disebut sebagai Pegunungan IRARUTU yang dalam Al-Kitab disebut sebagai Pegunungan ARARAT.
Sang kakek menyebutkan dirinya sebagai “BABE” yang dalam bahasa Irarutu artinya adalah “laki-laki tua”. Dan tugasnya sebagai “BABE” adalah menjaga GUNUNG NABI KECIL yang berada di Bomberai, tempat dimana Nabi Musa menerima sepuluh perintah Tuhan dan tempat dimana Nabi Musa meninggal dan dimakamkan. Di puncak GUNUNG NABI KECIL terdapat sebuah danau air asin yang dipenuhi oleh ikan-ikan air laut sebagai simbol Wahana Pengetahuan Agama Islam yang luas dimana ikan-ikan di dalamnya merupakan simbol Umat Islam, itulah sebabnya sang kakek selalu terlihat membawa Al-Quran berbahasa arab gundul.
Sang kakek juga menyebutkan bahwa GUNUNG NABI BESAR di Teluk Arguni dijaga oleh seorang “BABELE” yang dalam bahasa Irarutu artinya adalah “perempuan tua”. Dan tugasnya sebagai “BABELE” adalah menjaga GUNUNG NABI BESAR, tempat dimana Nabi Harun meninggal dan dimakamkan. Di puncak GUNUNG NABI BESAR terdapat sebuah danau air tawar yang airnya manis yang dipenuhi oleh ikan-ikan air tawar sebagai simbol Wahana Pengetahuan Agama Yahudi dan Nasrani dimana ikan-ikan di dalamnya merupakan simbol Umat Yahudi dan Umat Nasrani, itulah sebabnya sang BABELE selalu terlihat membawa Al-Kitab berbahasa ibrani gundul.