Berita Website- Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang diciptakan Allah SWT, untuk menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi. Banyak orang belum mengetahui jika ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari kisah Nabi Adam AS.
Allah SWT memberitakan kepada para malaikat bahwa ia akan menciptakan makhluk dari bangsa manusia. Makhluk tersebut diciptakan dari tanah di Bumi yang nantinya juga akan menjadi khilafah di Bumi.
Melansir berbagai sumber, Selasa (4/3/2023). Kisah ini terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 30, berbunyi:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada pada malaikat. ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’,” terjemahan surat Al-Baqarah ayat 30.
Mengutip buku “The Prophets: Kisah Hikmah 25 Nabi Allah” karya Nian Noviyanti, Allah SWT memerintahkan para malaikat. Hal itu dilakukan untuk mengambil tanah di muka Bumi.
Adapun Malaikat Izrail berhasil menjalankan tugas dari Allah SWT untuk mengambil sari pati tanah di Bumi. Setelah itu Allah SWR menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna.
Yang mana manusia diberi akal, tubuh, dan jiwa, dan Allah SWT melengkapinya dengan meniupkan ruh Nabi Adam. Tidak hanya itu, Allah SWT juga melengkapi Nabi Adam dengan ilmu pengetahuan.
Para malaikat pun diminta untuk bersujud sebagai bentuk penghormatan pada Adam AS. Nabi Adam AS pun berdiam dan hidup di surga selama beberapa waktu.
Suatu ketika Adam merasa kesepian dan Allah SWT pun menciptakan Hawa untuk menemani Adam. Adam pun menikahi Hawa dan mengizinkan mereka berdua tinggal di surga dengan syarat tidak mendekati pohon khuldi.
Bertahun-tahun Adam dan Hawa mematuhi aturan tersebut sampai setan perlahan terus mencoba merayu mereka dengan tipu daya. Suatu ketika tipu daya berhasil tersebut berhasil, Nabi Adam lalu memetik buah pohon tersebut dan memakannya bersama Hawa.
Tetapi, setelah itu Adam dan Hawa langsung dihinggapi rasa bersalah dan aurat mereka tiba-tiba terbuka. Karena melanggar perintah itu, Allah SWT lalu memerintahkan Adam dan Hawa turun ke Bumi.
Saat turun di Bumi, Adam meratapi kesalahannya, keduanya memohon ampun kepada Allah SWT dengan bertobat. Sebagai khalifah di Bumi, Adam AS juga diangkat sebagai Nabi dan Rasul yang bertugas berdakwah di Bumi.
Singkat cerita, Nabi Adam AS jatuh sakit di usianya ke 960 tahun. Malaikat lalu mencabut nyawa Adam, saat menemui ajalnya, ia memperoleh perlakuan khusus dari para malaikat.
Ibnu Katsir dalam bukunya Qashash Al-Anbiya, mengemukakan bahwa Adam AS wafat pada hari Jumat. Di mana kemudian malaikat menemui Adam AS sambil membawa balsam (wewangian) dan kain kafan dari Allah SWT yang berasal dari surga.
Kemudian, para malaikat datang menemui Adam AS, saat Hawa (istri Nabi Adam) melihat kedatangan mereka. Ia mengetahui bahwa mereka adalah para malaikat dan Hawa segera berlindung mendekati Adam AS.
Adam AS menuturkan, “Menjauhlah dariku, sesungguhnya aku datang sebelum kamu. Oleh sebab itu, menjauhlah dari hadapanku dan dari hadapan para malaikat Tuhanku”.
Tak lama berselang, malaikat mencabut nyawa Adam AS. Kemudian memandikan, mengafani, dan mengolesi tubuhnya dengan wewangian.
Berikutnya, mereka mengubur jenazah beliau ke dalam liang kubur yang telah dipersiapkan. Menurut pendapat yang masyhur, jenazah beliau dikebumikan di pegunungan yang juga menjadi tempat beliau diturunkan dari surga.
Makanan Pertama Nabi Adam
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, menurut riwayat Ibnu Abbas, makanan Nabi Adam AS pertama kali di bumi adalah tujuh biji gandum yang dibawa oleh Malaikat Jibril.
Adam bertanya, “Apa ini?”
Jibril menjawab, “Ini makanan yang berasal dari pohon terlarang yang dulu engkau dilarang memakannya, tetapi engkau tetap memakannya.”
Adam bertanya, “Apa yang mesti aku lakukan terhadap biji gandum ini?”
Jibril menjawab, “Tanamlah biji-biji tersebut di bumi.”
Kemudian, Nabi Adam AS pun menanam biji tersebut di bumi. Dikatakan, setiap biji yang ditanam itu tumbuh dan bertambah hingga menjadi 100 ribu benih. Setelah itu, benih-benih tersebut tumbuh besar dan Nabi Adam AS pun memanennya.
Lalu ia menumbuk, menggiling, dan mengolahnya hingga menjadi roti. Akhirnya, Nabi Adam AS makan roti tersebut setelah melakukan usaha yang cukup keras dan melelahkan.
Sedangkan, dalam riwayat yang diceritakan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Kitab Zadul Ma’ad, makanan Nabi Adam AS di bumi untuk pertama kalinya adalah nabq. Nabq adalah buah pohon sidr (bidara).
Hal tersebut bersandar pada riwayat Abu Nu’aim dalam Kitab Ath-Thibb An-Nabawi, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,
“Sesungguhnya Adam ketika turun ke bumi, sesuatu yang buahnya pertama kali ia makan adalah nabq.”
Dalam hadits Muttafaq ‘Alaih ketika Rasulullah SAW melihat Sidratul Muntaha pada malam Isra’, beliau menyebut nabq sebesar kendi Hajar.
Meski begitu, para ulama berbeda pendapat mengenai tumbuhan nabq yang menjadi makanan pertama Nabi Adam AS di bumi pertama kalinya, apakah itu lembab atau kering. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, pendapat yang benar adalah lembabnya adalah dingin lembab dan keringnya adalah dingin kering.
Nabi Adam dan Hawa Turun di Pulau Indonesia
Usai Allah SWT menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh – tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yang diciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya, mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.
“Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al-Baqarah:30). AlQuran sendiri tidak menerangkan secara jelas di mana Adam dan Hawa diturunkan. AlQuran hanya menjelaskan tentang proses diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi.
Lihat Al-Baqarah [2]: 30-39 dan Al-A’raf [7]: 11-25. Sementara itu, menurut legenda agama Kristen, setelah diusir dari Taman eden (Surga), Adam pertama kali menjejakan kakinya di muka bumi di sebuah gunung yang dikenal sebagai Puncak Adam atau Al-Rohun yang terdapat di Sri Langka.
Di dalam riwayat Thabrani dari Abdullah bin Umar disebutkan : “Ketika Allah menurunkan Adam, Dia menurunkannya di India tanah India. Kemudian dia mendatangi Mekah, untuk kemudian pergi menuju Syam (Syria) dan meninggal disana.”(HR.Thabrani). Nabi Adam as diturunkan ke bumi terpisah jauh dari isterinya Hawa.
Mengutip berbagai Kitab suci, sampai kini masyarakat dunia, masih beranggapan beliau ditempatkan di wilayah Arab (Timur-tengah). Keyakinan ini bukan tanpa dasar, menimbang berbagai Agama telah lahir di daratan ini, dibuktikan banyak peninggalan yang ada di sana, sampai sekarang bisa kita saksikan.
Apakah memang benar Nabi Adam hidup dan berkembang pada wilayah Timur tengah? Sebagai manusia yang memiliki akal dan penalaran yang logis, sepertinya Nabi Adam akan sulit hidup di daratan tandus, gersang, mengingat Beliau masihlah mahluk yang dikasihi Tuhan.
Rasa sayang Sang pencipta, logisnya menempatkan dirinya di wilayah 1/2 surga (daerah banyak berbagai tumbuhan dan buah serta air yang mengalir). Penalaran manusia tentang Mahluk pertama di bumi terpatri kuat berada di Timur Tengah, mulai diragukan, ketika melihat kondisi dulu dan kini Timur tengah bukanlah daerah yang memiliki berbagai jenis tumbuhan, buah-buahan, serta banyak air yang mengalir.
Penemuan fosil manusia Purba tertua di dunia menjadi bukti tak terbantahkan daerah asal Nabi pertama tinggal, ternyata terdapat di wilayah banyak ditumbuhi berbagai jenis tanaman, banyak buah, dan banyak air mengalir, bisa dikatakan wilayah ini adalah 1/2 surga.
Adalah fosil Pithecanthropus erectus , ditemukan di desa Sangiran, Jawa Tengah ( sumber wikipedia), didaulat sebagai fosil manusia tertua di dunia. Dari temuan bukti fosil manusia, bisa ditarik kesimpulan bisa saja wilayah 1/2 surga itu berada di wilayah Nusantara.
Menurut suatu riwayat, Nabi Adam as diturunkan di India, dalam riwayat lain disebutkan di Sri Lanka. Ada juga pendapat bahwa Nabi Adam as diturunkan di gunung tertinggi di dunia, yaitu di Gunung Everest di Himalaya.
Terkait hal ini, karena dahulu kala memang belum ada negara India, Sri Lanka maupun Himalaya, kita sebut saja daerah pengunungan tertinggi di Asia (bukankah India, Sri Lanka dan Himalaya masih termasuk wilayah Asia dan letaknya tidak begitu berjauhan? bisa jadi ketiga tempat ini pada jaman dulu memang masih berada dalam satu wilayah/kesatuan).
Sedangkan Hawa diturunkan di Jeddah, bagian dari kota Makkah (sekarang Arab Saudi). Tapi ada juga yang menyebutkan Hawa diturunkan di tempat yang sekarang bernama Irak. Bisa jadi juga kedua tempat ini, pada jaman dahulu masih merupakan satu kesatuan wilayah.
Memang banyak yang meyakini bahwa Nabi Adam pertama kali turun di Srilanka. Apalagi disana terdapat bekas jejak tapak kaki besar yang berada di gunung Sripada yang dinamakan Adam peak yang dipercayai sebagai tapak kaki nabi Adam.
The Adam peak ini terletak kira-kira 7359 kaki di atas permukaan laut. Bukan hanya sebagian islam dan agama kristen yang mempercayai. Bahkan Budha Dan Hindu juga percaya the Adam peak memiliki kesan sebagai tapak kaki Buddha dan Dewa Shiva(hindhu).
Sekarang mari kita hubungkan antara adam peak (tapak adam) di srilanka dan kisah raja ravana si ras manusia raksasa dari lanka (alengka). Menurut perkiraan tapak kaki Adam di Srilanka itu bukanlah tapak nabi Adam. Melainkan tapak Ras manusia Raksasa seperti raja Ravana. Jadi dimanakah Adam diturunkan?
Dikatakan bahwa Turunnya Nabi Adam adalah di India di daerah Serendib. Lalu Adam bertempat di tanah yang subur. Banyak terdapat gunung berapi dan terdiri dari dua musim.
Tetapi berdasar penelitian wilayah Serendib tempat Nabi Adam turun tak ditemukan di India yang sekarang. Maka marilah kita cari di India asia timur kuno yaitu Indonesia.
Barangkali kita pun juga tak pernah mendengar daerah serendib di Tanah Air. Memang tak ada, sekarang sudah tak ada tapi belum tentu dulu juga tak pernah ada. Sebenarnya Serendib bukan evolusi dari kata Ceylon atau Sri lanka. Tapi Serendib Lebih condong ke kata Swarnadwipa yaitu pulau Sumatera zaman kuno.
Evolusi kata bisa saja terjadi karena beda suku atau ras manusia ketika bertanya, maka kadang beda pula telinga dan lidah menangkap dan menyampaikannya akan beda pula, biarpun tujuannya sama. Seperti kata ”Ereb”/matahari tenggelam lalu berubah menjadi ”Eropa”. Perhatikan antara Serendib dan Swarnadwipa, maka rasanya kita emang boleh menyamakannya.
Swarnadwipa/Sumatera/Pulau emas barangkali oleh lidah orang arab lebih akrab dinamakan Serendib. Jadi di Sumatera kah Nenek Moyang manusia turun pertama kali?. Swarnadwipa/Serendib itu berasal dari bahasa sanskerta: Swarnadwipa yang berarti pulau emas.
Dulunya Sumatra, Kalimantan dan Jawa adalah bersatu. Memiliki tanah subur karena gunung berapinya banyak dan itulah yang membuat subur. Konon ada peneliti bilang jika tanah pulau jawa dikelola sebaik mungkin,maka tanah jawa akan mampu menumbuhkan setiap jenis tumbuhan diplanet bumi ini.
Indonesia terletak di garis ekuator yang membuat suhu hangat,karena matahari bersinar sepanjang tahun dan jadikan indonesia memiliki dua musim. Barangkali disinilah jawaban misteri tempat Nabi Adam itu.
Sebuah negeri yang Diberkahi Tuhan dengan segala kekayaannya. Jika nabi Adam turun di India,kenapa mayoritas penduduknya hindu? Jika nabi Adam ada di Srilanka, kenapa mayoritas penduduknya budha?. Nabi Adam mencari Hawa lalu menemukannya di Jeddah (jiddah, yang juga mengandung arti: nenek) mereka Dikaruniai keturunan yang banyak, dan disuatu Ketika Nabi Adam mengajak Hawa, dan anak-anaknya kembali ke tempat Nabi Adam turun pertama kali.
Di sana Anak anak mereka diajari Ilmu Tauhid yaitu mengajak manusia hanya menyembah Pada Tuhan Yang Esa, yakni Allah S.W.T. Dari sinilah Islam pun berkembang pesat dan menjadikan Indonesia bukan hanya Diberkahi Allah dengan Kekayaan Alam yang tanpa bandinganya ,tapi Allah juga Memberkahi Indonesia sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbanyak di Semesta Raya.
Masa kehidupan Nabi Adam AS
Merunut penyelusuran Genetika, diketahui Y-chromosomal Adam (Y-MRCA), diperkirakan Adam “Manusia Modern”, hidup di bumi pada sekitar 237,000 sampai 581,000 tahun yang lalu. Dalam ilmu geologi, masa 237,000 sampai 581,000 tahun yang lalu, di sebut sebagai Era Middle Pleistocene (126.000 sampai dengan 781.000 tahun yang lalu.
Diperkirakan Nabi Adam hidup di bumi dengan rentang waktu antara 1,7 juta sampai 10 juta tahun yang lalu. Namun ada yang menarik dari Risalah menurut Ibnu Katsir dalam kitab Bidayah Wan Nihayah “ Nabi Adam di turunkan pertama kali dari surga yaitu di tanah Hindustan “.
Dalam pengertian tanah Hindustan pada waktu Ibnu Katsir menulis adalah wilayah yang di mulai dari wilayah Pakistan serong kearah tenggara sampai ke tanah Papua”. Jika kita melihat luas wilayah tersebut manakah yang di dunia ini mirip surga atau paling tidak di tempati manusia yang paling nyaman dan manusia bisa menyesuaikan dengan tanpa perlu alat bantu dan teknologi modern, tempat dimana Nabi Adam pernah tinggal, pasti kita semua sepakat bahwa wilayah tersebut adalah wilayah Nusantara atau Indonesia sekarang ini.
Dari situ, bermulalah kehidupan yang baru di mana, manusia-manusia hybrid seperti Neanderthal dan homo sapien awal dihapuskan (atau mungkin di sembunyikan) sebab itu kita hanya jumpa rangka saja.
Yang tinggal hanyalah manusia dari keturunan Adam dan hewan-hewan yang di selamatkan. Di suatu tempat dimana benua yang baru saja tenggelam itu membiarkan tanah paling tinggi mereka tidak di tenggelami air, jadi apa yang kita saksikan sekarang ini sebagai tanah ‘Nusantara’.
Tanah-tanah tinggi ini dahulunya pernah di diami oleh para dewa-dewi atau wali keramat pada era Adam. Pernahkah kamu dengar tentang negeri atlantis? Yaitu kisah yang ditulis oleh filsuf yunani kuno plato.
Mitos Atlantis ialah cerita penuh fantasi dimana Manusia sudah Mencapai puncak peradabannya disana sebelum banjir besar meluluh lantahkan negeri hebat itu. Mitos atlantis dari masa kuno itu secara ironis mulai dicari kebenarannya. Banyak para peneliti yakin,kalau dahulu benua atlantis memang ada. Puncak dari keyakinan orang itu adalah, saat ahli nuklir berkebangsaan Brazil, Prof.Arysio santos menyatakan sudah puluhan tahun mencari atlantis dan menemukannya sesuai dengan kriteria yang diungkap Plato mengenai atlantis.
Bahwasanya Benua Atlantis yang hilang itu bukan berada di sekitaran eropa atau amerika,seperti kata peneliti peneliti sebelumnya. Tapi Benua Atlantis berada di Asia! Tepatnya disepanjang antara India-Indonesia. Indonesia dan india diyakini dulu daratannya bersatu sebelum bencana memisahnya.
Makanya Indonesia juga dikatakan sebagai india kuno, bahkan sampai saat ini. Ketika Masih dalam penjajahan Belanda pun, Negeri ini pernah dinamakan Hindia Belanda, sebelum akhirnya berganti menjadi Indonesia sampai sekarang. Malah ada yang percaya bahwa kata Indonesia berasal dari kata INDIAN-EAST-ASIA atau bangsa India asia timur.
Daerah Kerinci adalah Sisa Peradaban Atlantis, Prof. Arysio Nunes Dos Santos menerbitkan buku yang menggemparkan :“Atlantis The Lost Continents Finally Found”. Dimana ditemukannya ? Secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia.
Peradaban hal tersebut diamini oleh Profesor Stephen Oppenheimer menulis buku Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara, Menurut dia, satu-satunya dongeng yang menyebar luas di dunia secara merata adalah kisah banjir Nabi Nuh dengan segala versinya. Umat Islam, Kristen dan Yahudi tentu mendapatkan kisah banjir Nuh dari kitab suci masing-masing.
Namun, bagaimana dengan masyarakat pra Islam, Kristen dan Yahudi? Misalnya saja bangsa Sumeria, Babilonia, India, Yunani. Mereka pun ternyata punya kisah banjir bandang yang menenggelamkan seluruh daratan. Buku Eden in The East setebal 814 halaman ini, separuhnya dihabiskan Oppenheimer untuk membedah dongeng-dongeng ini. Oppenheimer mencatat ada sekitar 500 kisah soal banjir di seluruh dunia.
Dari India sampai Amerika, dari Australia sampai Eropa.Tokoh utamanya pun berubah-ubah. Agama samawi menyebutnya Nuh, atau Noah. Bangsa Mesopotamia menyebut sang jagoan adalah Utanapishtim, di Babilonia kuno disebut Athrasis, orang India kuno menyebutnya Manu. Nama boleh beda, namun inti ceritanya sama.
Ada banjir besar yang menenggelamkan daratan, sang tokoh utama menyelamatkan diri dengan perahu, atau kapal besar. Dia pun tidak lupa membawa hewan-hewan, kapalnya nanti mendarat di gunung dan sang tokoh utama bersama keluarga atau pengikutnya melanjutkan kehidupan mereka yang baru.
Oppenheimer pun mengungkapkan, kisah-kisah banjir lebih banyak lagi terdapat di Asia Tenggara. Variasinya sangat bermacam-macam pada berbagai suku pedalaman di Indonesia, Malaysia Filipina dan pulau-pulau di Polinesia.
Tingkat keberagaman cerita banjir di kawasan ini pun membuat Oppenheimer berteori, kalau bangsa yang terpaksa berimigrasi akibat banjir besar, tinggal di Indonesia dan sekitarnya.
Semua kisah banjir ini menurut Oppenheimer adalah bukti kalau banjir besar di penghujung Zaman Es ini adalah benar adanya. Suku Kerinci Pada saat terjadinya bencana yang menenggelamkan Atlantis berhasil selamat dikarenakan mereka berada di daratan tinggi yaitu puncak gunung kerinci sehingga terhindar dari bencana tersebut.
Penelitian dan Kajian Ilmuwan
Suku Kerinci Adalah Ras Tertua, lebih tua dari Suku Inka Peneliti antropologi urban dari Universitas Diponegoro Radjimo menyatakan suku Kerinci yang mendiami dataran tinggi bukit barisan di sekitar Gunung Kerinci ternyata lebih tua dari suku Inka, Indian di Amerika.
Nama Kerinci berasal dar bahasa Tamil yaitu nama bunga Kurinji (Strobilanthes Kunthiana) yang tumbuh di India Selatan pada ketinggian 1800 DPL –di atas permukaan laut-, yang mekarnya sekali selama dua belas tahun.
Karena itu Kurinji juga merujuk pada kawasan pegunungan dapat dipastikan bahwa hubungan Kerinci dengan India telah terjalin sejak lama dan nama Kerinci sendiri diberikan pedagang India Tamil.Dari sebuah kesimpulan riset Dr.Bennet Bronson peneliti dari AS bersama Tim Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Jakarta pada 1973 berpendapat bahwa suku Kerinci bahkan jauh lebih tua dari suku Inka (Indian) di Amerika,” katanya, di Jambi, Sabtu (21/5).
Hal itu berarti suku Kerinci tidak hanya lebih tua dari proto-melayu. Suku Indian Inka sendiri adalah suku yang salah satu ramalan purbanya tentang kiamat 2012 jadi inspirasi film Hollywood yang menghebohkan pada 2009 lalu.
Suku India Inka diyakini sebagai suku purba yang telah memiliki peradaban tinggi. Radjimo mengungkapkan, salah satu pembuktian yang dikemukakan tim Bennet Bronson itu adalah tentang manusia Kecik Wok Gedang Wok. Ia merupakan suku pertama yang telah mendiami dataran tinggi Kerinci lebih dari 10.000 tahun lalu itu.
Suku itu belum mempunyai nama panggilan secara individu sampai masuknya suku Proto-Melayu. Hal itu berarti suku Kerinci tidak hanya lebih tua dar iproto-melayu.”Sedangkan suku Indian Inka di Amerika yang sebelumnya dianggap sebagai salah satu suku dan ras tertua di dunia diketahui pada zaman yang sama sudah memiliki nama, seperti Big Buffalo (Kerbau Besar), Little Fire (ApiKecil) dan lainnya,”terangRadjimo.
Maka saat itulah pula terjadi perpindahan etnis ini dari satu tempat ke tempat lain pada Alam Melayu seperti perpindahan Proto Malaiers (Melayu Tua) ke Alam Kerinci. Menurut Kern, alam Kerinci saat itu telah didiami oleh manusia, dan mereka penduduk pribumi inilah yang disebut sebagai Kecik Wok Gedang Wok.
Tetapi, saat itu jumlah Proto-Melayu yang lebih dominan dari Kecik Wok Gedang Wok menyebabkan kaum pribumi tersebut secara perlahan menjadi lenyap dalam percampuran darah antara pendatang dan pribumi. Kelompok inilah yang selanjutnya berkembang dan menjadi nenek moyang orang Kerinci modern hingga generasi saat ini.
Hal lain yang sering dijadikan sampel penelitian oleh pada peneliti tersebut adalah keragaman bahasa dan dialek di Kerinci. Dengan bahasa yang sangat beragam, sekitar 135 buah dialek, yang dipakai hanya di sepanjang lembah, memperumit penelitian etnografi. Beberapa penelitian menyebutkan bahawa orang Kerinci termasuk kelompok suku bangsa asli yang mula-mula ada di Sumatra.
Kelompok suku bangsa ini kemudian dikenal dengan Kecik Wok Gedang Wok yang diduga telah berada di wilayah Alam Kerinci semenjak 10.000 tahun silam (Whitten, 1987). Uli Kozok, seorang ahli filologi dari Hawaii University Amerika Serikat, dalam risetnya menyimpulkan naskah melayu tertua di dunia ada di Kerinci.
“Dalam kesimpulan riset dari riset yang dilakukannya di tiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan Belanda, filolog Dr Uli Kozok menyimpulkan bahwa naskah Melayu tertua ada di Kerinci, tepatnya di Desa Tanjung Tanah,” kata Nukman SS di Jambi (30/4). Naskah tersebut, kata dia, menurut riset Uli Kozok ternyata jauh lebih tua 200 tahun dibanding dengan naskah surat raja Ternate yang sebelumnya dinyatakan sebagai naskah melayu tertua di dunia. Naskah kitab undang-undang Tanjung Tanah diperkirakan dikeluarkan pada abad 14.
Menurut Nukman, kesimpulan Uli Kozok tersebut juga didasari atas uji radio karbon yang dilakukan pihaknya di Wellington, Selandia Baru atas sampel bahan kertas Daluang (samakan kulit kayu) yang digunakan untuk penulisan naskah itu.
“Uli Kozok dari hasil uji radio karbon yang sangat akurat prediksinya itu menegaskan kalau Daluang yang digunakan untuk media penulisan naskah tersebut bisa dipastikan ditebang pada rentang waktu antara abad 12 hingga 13,” ujarnya.
Dari usia itulah, menurut dia dapat diprediksikan penulisan naskah itu pun berkisar tidak jauh dari abad itu, maksimal pada abad ke 14 naskah itu telah dibuat. Sesuai catatan sejarah pula, kata dia kalau pada masa itu Kerajaan Melayu yang beribukota di Darmasyaraya (sebuah kabupaten pemekaran Sumbar, tetangga dekat kabupaten Kerinci) diperintah oleh Raja Adityawarman, itu sedang pada masa puncak kejayaannya.
Prediksi umur naskah Kitab Undang-undang Tanjung Tanah itu pun juga berdasarkan pada analisa jenis aksara yang digunakan. Meskipun diketahui Kerinci sudah dari masa sebelumnya telah memiliki aksara sendiri, yakni aksara Incoung, namun empu yang menuliskan kitab tersebut menggunakan aksara pasca-Pallawa, bukan aksara Pallawa dan bukan pula aksara Jawa kuno.
Ketika pada ribuan tahun sebelum Masehi kedatangan gelombang pertama para imigran suku Proto-Melayu dari Yunan China Selatan atau Hindia belakang ke puncak andalas. Saat itu rombongan para pedatang sudah menemukan adanya manusia di daerah tersebut, tepat di sekitar gunung berapi yang diyakini itu adalah Gunung Kerinci.
Tak hanya itu, manusia purba di Kerinci itupun dikatakan memiliki pengetahuan dan peradaban lebih tinggi dari mereka, suku setempat tersebut sudah mengenal api dan mampu mengolah memanfaatkan besi atau logam. “Dikisahkan, konon saat itu orang pertama atau penduduk pribumi itu menggunakan kayu Siegie (Pinus Merkusi, Strain Kerinci) yang memang mengandung getah minyak yang bisa terbakar sebagai obor.
Begitu juga mata tombak yang dari batu dan logam. Karena itu mereka bisa membangun artefak batu menjadi sarana berbagai keperluan, seperti untuk altar persembahan, untuk peristirahatan dan lainnya, Dalam perjalanan perkembangan peradaban berikutnya lebih mudah dapat ditemukan pula batu-batu Seilindrik dan batu bergambar, juga menhir-menhir dan goa-goa. Semua itu diyakini dari perkakas yang digunakan sudah semakin maju berupa kapak, pahat, baji dan beliung dari besi.
Bahkan, tambahnya dengan benda-benda purbakala itu sebagian masyarakat adat di Kerinci berani beranggapan kalau sesungguhnya mereka dulunya adalah salah satu dari keturunan sepasang umat nabi Nuh AS yang diturunkan dari kapalnya di dataran tinggi Kerinci ketika air laut telah mulai surut, agar untuk membangun peradaban di kawasan tersebut.
Terungkapnya fakta adanya temuan gigi dan fosil dalam ukuran raksasa diduga milik manusia atau makluk purba “Homo Kerinciensis” yang ditemukan warga di desa Kumun Hilir kecamatan Kumun-Debai tiga kilometer dari pusat kota Sungaipenuh belakangan ini semakin memperkuat asumsi dugaan dan perkiraan itu.
“ Kalau temuan fosil dan gigi tersebut berhasil disimpulkan laboratorium kepurbakalaan Jakarta, maka sudah dapat dipastikan itu adalah salah satu bukti dan fakta kuat bagi mata rantai peradaban tua suku Kerinci yang diyakini jauh lebih tua dari Proto Melayu,” ungkapnya.
Ia memperkirakan terjadi pada rentang waktu beberapa abad sebelum Masehi, sedangkan suku purba Kerinci sudah mendiami daratan tersebut ribuan tahun sebelumnya.
Secara geografis Kabupaten Kerinci berada di ujung paling barat Propinsi Jambi. Daerah ini berupa dataran tinggi yang berada di antara 500 s/d 1.500 meter dari permukaan laut. Kabupaten Kerinci dikenal sebagai Kabupaten yang memiliki panorama yang terindah di Provinsi Jambi yang keindahannya menjadi terkenal dengan keberadaan Gunung Kerinci yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera, Air Terjun Telun Berasap dan Danau Gunung Tujuh di kaki Gunung Kerinci.
Keberadaan Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan paru-paru dunia, dimana hidup bermacam flora dan fauna yang berguna untuk penelitian, Danau Kerinci, Danau Lingkat dan sejumlah peninggalan bersejarah serta banyaknya objek menjadi keindahan Kerinci semakin menarik. Keadaan wilayah Kerinci yang dibatasi oleh Bukit Barisan, hutan yang lebat, medan yang berat dan binatang buas, membuat anggapan orang terhadap Kerinci sebagai daerah yang tertutup, sehingga Kerinci dikiaskan dari arti kata ‘Kunci.’ Bila ditinjau dari segi bahasa, Kerinci berasal dari kata “kerin” dan “ci”. Bahasa Austronesia yang masuk ke India (Sanskerta) kata “krin/kerin” atau “khin” berarti hulu, sedang kata “ci” atau “cai” berarti sungai, sehingga Krinci atau Kerinci mengandung arti hulu sungai, bila dilihat dari letak Kerinci yang berada di daerah pegunungan dan merupakan hulu-hulu sungai yang mencakup Sungai Batang Merangin, Sungai Batang Asai, dan lainnya.
MC.Kinnon (1992) menyebutkan bahwa kata Kerinci diduga berasal dari kata “Kurinci” (bahasa Tamil) yang berati sebuah daerah pegunungan, dengan alasan orang India dari suku bangsa Tamil (Hindu) pada awal abad pertama Masehi telah berhubungan dengan penduduk yang berdiam di pedalaman dan disepanjang Pantai Barat dan Timur Sumatra yang saat itu tidak jauh dari Kerinci. Dalam perniagaan, bangsa Tamil memanggil orang-orang dari dataran tinggi pegunungan dengan sapaan Kurinci.
Gunung Kerinci merupakan gunung berapi dengan ketinggian 3.805 mdpl yang sekaligus merupakan gunung berapi tertinggi se Asia Tenggara. Gunung api yang masih aktif ini terletak di area perbatasan provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Jambi. Gunung ini memiliki berbagai julukan diantaranya yaitu Gunung Gadang, Korinci, Berapi Kurinci, dan Puncak Indrapura.
Gunung yang termasuk dalam jenis Strato Vulcano ini secara administrasi berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Gunung ini terakhir kali meletus pada tahun 2009. Disekitar Gunung Kerinci ada salah satu danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara dan merupakan situs warisan dunia UNESCO bernama Danau Gunung Tujuh. Luar biasa.
Tak hanya itu, letaknya di atas gunung membuat suasana danau masih asri, alami, udaranya segar, panoramanya hijau dan air danaunya jernih, sehingga Anda akan betah berlama-lama di tempat ini. Oleh karena Danau Gunung Tujuh masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, wisatawan juga dapat menjelajahi hutan di sekitarnya dan menemukan berbagai jenis satwa khas di Taman Nasional Kerinci Seblat, diantaranya harimau Sumatera, siamang, beruang madu, babi hutan, tapir, bermacam burung dan kupu-kupu.
Ada pula tumbuhan yang beragam dengan jenis anggrek alam dan bungan kantong semar sebagai primadonya. Jambi disebut memiliki danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara, pada ketinggian 1.950 mdpl.
Inilah Danau Gunung Tujuh di Taman Nasional Kerinci Seblat yang jadi tujuan para petualang yang ingin melihat kecantikannya. Menurut beberapa literatur Danau Gunung Tujuh dikelilingi oleh 7 gugusan gunung. Ketujuh gunung tersebut terdiri dari Gunung Hulu Tebo (2.525 mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl), Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut (2.350 mdpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl) dan Gunung Tujuh (2.735 mdpl).
Dengan kondisi yang strategis dikelilingi oleh pegunungan maka Danau Gunung Tujuh sangat cocok untuk tempat beristirahat dengan kondisi alam yang subur dan air yang banyak serta layak untuk dijadikan tempat tinggal.
Maka tak dapat dipungkiri Gunung Kerinci bisa dikatakan merupakan tempat pertama kali NABI ADAM As diturunkan di muka bumi dengan melihat sejarah kondisi geografis dan alam yang sesuai bagi manusia untuk beradaptasi pertama kali di bumi.
Kesimpulan
Di dalam riwayat Thabrani dari Abdullah bin Umar disebutkan : “Ketika Allah menurunkan Adam, Dia menurunkannya di India tanah India. Kalau memacu pada maksud daerah India maka kita bisa menyatakan bahwa dahulu kala memang belum ada negara India, Sri Lanka maupun Himalaya, kita sebut saja daerah pengunungan tertinggi di Asia (bukankah India, Sri Lanka dan Himalaya masih termasuk wilayah Asia dan letaknya tidak begitu berjauhan?
Bisa jadi ketiga tempat ini pada jaman dulu memang masih berada dalam satu wilayah/kesatuan). Indonesia dan india diyakini dulu daratannya bersatu sebelum bencana memisahnya.
Warga dunia, masih beranggapan Nabi Adam as diturunkan di wilayah Arab (Timur-tengah). Keyakinan ini bukan tanpa dasar, menimbang berbagai Agama telah lahir di daratan ini, dibuktikan banyak peninggalan yang ada di sana, sampai sekarang bisa kita saksikan.
Apakah memang benar Nabi Adam hidup dan berkembang pada wilayah Timur tengah? Sebagai manusia yang memiliki akal dan penalaran yang logis, sepertinya Nabi Adam akan sulit hidup di daratan tandus, gersang, mengingat beliau masihlah mahluk yang dikasihi Tuhan.
Rasa sayang Sang pencipta, logisnya menempatkan dirinya di wilayah 1/2 surga (daerah banyak berbagai tumbuhan dan buah serta air yang mengalir). Penalaran manusia tentang Mahluk pertama di bumi terpatri kuat berada di Timur Tengah, mulai diragukan, ketika melihat kondisi dulu dan kini Timur tengah bukanlah daerah yang memiliki berbagai jenis tumbuhan, buah-buahan, serta banyak air yang mengalir.
Penemuan fosil Pithecanthropus erectus , ditemukan di desa Sangiran, Jawa Tengah ( sumber wikipedia), didaulat sebagai fosil manusia tertua di dunia. Dari temuan bukti fosil manusia, bisa ditarik kesimpulan bisa saja wilayah 1/2 surga itu berada di wilayah Nusantara.
Dengan penemuan tersebut menandakan bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah Nusantara yang telah didiami manusia pertama kali dengan kondisi geografis yang beriklim tropis hujan dan panas sangat cocok untuk kehidupan manusia pada masa dahulu kala untuk beradaptasi menjalani hidup.
Dikatakan bahwa Turunnya Nabi Adam adalah di India di daerah Serendib. Kemudian Adam bertempat di tanah yang subur.
Banyak terdapat gunung berapi dan terdiri dari dua musim. Tetapi berdasar penelitian wilayah Serendib tempat Nabi Adam turun tak ditemukan di India yang sekarang. Maka marilah kita cari di India asia timur kuno yaitu Sebenarnya Serendib bukan evolusi dari kata Ceylon atau Sri lanka tetapi Serendib lebih condong ke kata Swarnadwipa yaitu pulau Sumatera zaman kuno.
Swarnadwipa/Serendib itu berasal dari bahasa sanskerta: Swarnadwipa yang berarti pulau emas. Indonesia terletak di garis ekuator yang membuat suhu hangat,karena matahari bersinar sepanjang tahun dan jadikan indonesia memiliki dua musim. Jika nabi Adam turun di India,kenapa mayoritas penduduknya hindu? Jika nabi Adam ada di Srilanka,kenapa mayoritas penduduknya budha?.
Menurut Risalah Ibnu Katsir dalam kitab Bidayah Wan Nihayah “ Nabi Adam di turunkan pertama kali dari surga yaitu di tanah Hindustan “Dalam pengertian tanah Hindustan pada waktu Ibnu Katsir menulis adalah wilayah yang di mulai dari wilayah Pakistan serong kearah tenggara sampai ke tanah Papua”.
Jika kita melihat luas wilayah tersebut manakah yang di dunia ini mirip surga atau paling tidak di tempati manusia yang paling nyaman dan manusia bisa menyesuaikan dengan tanpa perlu alat bantu dan teknologi modern, tempat dimana Nabi Adam pernah tinggal, pasti kita semua sepakat bahwa wilayah tersebut adalah wilayah Nusantara atau Indonesia sekarang ini.
Pernahkah kamu dengar tentang negeri atlantis? Yaitu kisah yang ditulis oleh filsuf yunani kuno plato. Mitos Atlantis ialah cerita penuh fantasi dimana manusia sudah mencapai puncak peradabannya disana sebelum banjir besar meluluh lantahkan negeri hebat itu.
Banyak para peneliti yakin,kalau dahulu benua atlantis memang ada. Puncak dari keyakinan orang itu adalah, saat ahli nuklir berkebangsaan Brazil, Prof.Arysio santos menyatakan sudah puluhan tahun mencari atlantis dan menemukannya sesuai dengan kriteria yang diungkap Plato mengenai atlantis.
Bahwasanya Benua Atlantis yang hilang itu bukan berada di sekitaran eropa atau amerika,seperti kata peneliti peneliti sebelumnya. Tapi Benua Atlantis berada di Asia! Tepatnya disepanjang antara India-Indonesia. Makanya Indonesia juga dikatakan sebagai india kuno, bahkan sampai saat ini.
Saat asih dalam penjajahan Belanda pun, Negeri ini pernah dinamakan Hindia Belanda, sebelum akhirnya berganti menjadi Indonesia sampai sekarang. Malah ada yang percaya bahwa kata INDONESIA berasal dari kata INDIAN-EAST-ASIA atau bangsa India asia timur.
Daerah Kerinci merupakan Sisa Peradaban Atlantis, Arysio Nunes Dos Santos menerbitkan buku yang menggemparkan :“Atlantis The Lost Continents Finally Found”. Dimana ditemukannya ? Secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia.
Peradaban hal tersebut diamini oleh Profesor Stephen Oppenheimer menulis buku Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara, semua kisah banjir ini menurut Oppenheimer adalah bukti kalau banjir besar di penghujung Zaman Es ini adalah benar adanya. Suku Kerinci Pada saat terjadinya bencana yang menenggelamkan Atlantis berhasil selamat dikarenakan mereka berada di daratan tinggi yaitu puncak Gunung Kerinci sehingga terhindar dari bencana tersebut.
Suku Kerinci Adalah Ras Tertua, lebih tua dari Suku Inka Peneliti antropologi urban dari Universitas Diponegoro Radjimo menyatakan suku Kerinci yang mendiami dataran tinggi bukit barisan di sekitar Gunung Kerinci ternyata lebih tua dari suku Inka, Indian di Amerika.
Nama Kerinci berasal dar bahasa Tamil yaitu nama bunga Kurinji (Strobilanthes Kunthiana) yang tumbuh di India Selatan pada ketinggian 1800 DPL –di atas permukaan laut-, yang mekarnya sekali selama dua belas tahun. Karena itu Kurinji juga merujuk pada kawasan pegunungan dapat dipastikan bahwa hubungan Kerinci dengan India telah terjalin sejak lama dan nama Kerinci sendiri diberikan pedagang India Tamil.
Beberapa penelitian menyebutkan bahawa orang Kerinci termasuk kelompok suku bangsa asli yang mula-mula ada di Sumatra. Kelompok suku bangsa ini kemudian dikenal dengan Kecik Wok Gedang Wok yang diduga telah berada di wilayah Alam Kerinci semenjak 10.000 tahun silam (Whitten, 1987). Uli Kozok, seorang ahli filologi dari Hawaii University Amerika Serikat, dalam risetnya menyimpulkan naskah melayu tertua di dunia ada di Kerinci.
“Dalam kesimpulan riset yang dilakukannya di tiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan Belanda, filolog Dr Uli Kozok menyimpulkan bahwa naskah Melayu tertua ada di Kerinci, tepatnya di Desa Tanjung Tanah,” kata Nukman SS di Jambi (30/4). Naskah tersebut, kata dia, menurut riset Uli Kozok ternyata jauh lebih tua 200 tahun dibanding dengan naskah surat raja Ternate yang sebelumnya dinyatakan sebagai naskah melayu tertua di dunia. Naskah kitab undang-undang Tanjung Tanah diperkirakan dikeluarkan pada abad 14.
Melihat kondisi geografis Kabupaten Kerinci dengan dataran tinggi yang berada diantara 500 s/d 1.500 mdpl serta dengan panorama alam yang indah ditambah dengan keberadaan Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805mdpl sebagai gunung berapi aktif tertinggi di Asia Tenggara.
Di sekitar Gunung Kerinci ada salah satu danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara 1.950 mdpl dan merupakan situs warisan dunia UNESCO bernama Danau Gunung Tujuh. Danau Gunung Tujuh dikelilingi oleh 7 Gugusan Gunung.
Maka tak bisa dipunkiri lagi kalau Gunung Kerinci memang bisa dikatakan tempat pertama kali Adam as diturunkan karena letak dan kondisinya yang sangat memungkinkan untuk manusia pertama kali beradaptasi di muka bumi.
Maka tidak berlebihan rasanya sebagai mana di sebutkan oleh penyair penyair kerinci bahwa tanah ini “kerinci” Merupakan sekepal tanah surga yang tercampak ke bumi.
Dengan demikian tak salah kalau memang Nabi Adam as turun pertama kali di Kerinci dengan membawa ‘sekepal tanah dari surga’ dalam artian kondisi alam yang indah serta sumber daya alamnya yang berlimpah bisa diibaratkan seperi tanah surga.