Berita Website- Konflik bisa dihindari dalam pernikahan dan keluarga saat terjadi konflik keluarga dan orang tua yang sedang stres atau marah. Mungkin yang nantinya akan melampiaskan rasa kesal mereka pada anak hingga memproyeksikan kemarahan hingga menarik diri secara emosional.
Menurut sebuah studi baru dari para peneliti di University of Illinois Urbana-Champaign mengungkapkan dalam kasus terburuk, perkembangan sosioemosional anak-anak dapat terganggu. Tetapi cara orang tua, terutama ayah dalam menangani konflik rumah tangga dapat mengurangi risiko lanjut bagi anak-anak.
Konflik dalam rumah tangga selalu dianggap hal yang negatif dan bisa berkaitan dengan berbagai aspek perkembangan anak. Namun ada yang lebih penting bahwa bagaimana cara orang dalam menghadapinya. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan hubungan ayah dengan anak lebih rentan dan terpengaruh dengan konflik.
Hingga bisa menyebabkan perkembangan negatif untuk anak-anak. Menurut Qiujie Gong sebagai mahasiswa doktoral di Departemen Pembangunan Manusia dan Studi Keluarga (HDFS) mengatakan resolusi konflik yang konstruktif dapat menyangga sebagian dari pengaruh negatif dari konflik perkawinan pada praktik pengasuhan.
“Kami ingin lebih memperhatikan ayah karena meski ibu selalu dianggap sebagai pengasuh utama, tetapi ayah juga dapat mempengaruhi perkembangan anak secara signifikan” kata Gong.
Bahkan sering ditemui banyak ayah yang dilaporkan menggunakan resolusi konflik yang lebih konstruktif. Dengan banyak nya ayah yang menggunakan resolusi konflik menghasilkan lebih banyak keterlibatan orang tua yang mengarah pada perkembangan anak yang lebih positif.
Sebaiknya orang tua tidak boleh menghindar dari konflik malah sebaliknya lebih penting menemukan strategi resolusi konstruktif yang meminimalkan stres dan mempertahankan kemampuan seorang ayah untuk berinteraksi secara hangat dengan anak-anaknya. Jadi tidak heran jika anak-anak selalu ingin mendapatkan interaksi yang lebih hangat dengan ayah mereka. (Dari Berbagai Sumber/Nita)