Berita Website- Dejavu bisa digambarkan sebagai perasaan kamu pernah melakukannya atau seperti familiar. Jadi seseorang yang mengalami dejavu sadar jika dirinya sama sekali belum pernah berada disituasi tersebut namun terasa familiar.
Para ahli menyebut Dejavu ada hubungannya dengan area di tengah otak yang disebut talamus. Menurut profesor neurologi di Georgetown University di Washington D.C, James J Giordano mengatakan bahwa otak pada dasarnya bekerja seperti mesin ruang dan waktu.
Otak mengambil sesuatu di masa kini dan menghubungkannya dengan sesuatu yang mirip atau berbeda di masa lalu. Hingga otak mungkin menyampurkan sinyal-sinyal tersebut hingga terjadilah Dejavu. Jika kecepatan interaksi itu sedikit berbeda, kita akan merasa seolah-olah kita mengalami masa kini seperti seolah-olah kita mengingatnya. Jadi apa yang dilakukan otak benar-benar membingungkan antara masa kini dengan masa lalu.
Peroses ganda ini, menyebabkan ada sedikit penundaan di otak saat memproses salah satu input otak akan menafsirkan pengalaman tersebut sebagai dua peristiwa terpisah dan memberi perasaan keakraban.
Namun stres juga bisa menjadi faktor penyebab Dejavu. Saat sedang stres otak jadi lelah hingga bisa terjadi adanya pola aktivitas otak sedikit berubah dalam memproses kejadian. Selain faktor stres, para peneliti juga mengatakan bahwa orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih sering mengalami Dejavu daripada orang yang kurang berpendidikan.
Giordano menegaskan bahwa Dejavu merupakan hal normal dan bukan sebagai tanda otak tidak sehat. Dejavu terjadi pada orang sehat dan paling sering terjadi antara usia 15 dan 25 tahun.
Tapi dengan catatan, Dejavu terjadi tidak lebih dari beberapa kali dalam sebulan. Jika Dejavu membuat hilangnya kesadaran, atau keadaan seperti mimpi yang tidak normal disarankan untuk mencari pertolongan medis. (Dari Berbagai Sumber/Nita)