Berita Website – Ada sebuah objek paling terang yang kini bisa terlihat di langit malam. Namun, objek tersebut dapat dipastikan bukan benda langit biasa seperti bintang, komet, maupun planet. Lantas, objek apa yang bersinar terang malam di malam hari?

Para ilmuwan dari International Astronomical Union mengumumkan satu objek paling terang yang terlihat di langit bukan bintang atau planet, melainkan prototipe satelit BlueWalker 3.

“Benda itu sangat terang bagi banyak pengamat langit di seluruh dunia,” kata Meredith Rawls, salah satu penulis makalah tentang penemuan ini dan anggota Pusat Perlindungan Langit Gelap dan Tenang dari Gangguan Konstelasi Satelit (IAU CPS), mengutip Space, Selasa (3/10).

Satelit BlueWalker 3 adalah bagian dari sistem komunikasi 5G ambisius yang dikembangkan oleh perusahaan AST SpaceMobile.

Satelit ini bakal tampak sangat bercahaya jika dilihat dari Bumi karena memiliki struktur yang dikenal sebagai susunan antena bertahap serta Launch Vehicle Adapter (LVA).

Faktanya, BlueWalker 3 yang diluncurkan pada September tahun lalu itu dianggap sebagai sistem antena komersial terbesar yang pernah dikerahkan ke orbit rendah Bumi.

Rangkaian antena tersebut membutuhkan ruang sekitar 64 meter persegi, dan karena panel-panel tersebut bersifat reflektif, maka BlueWalker 3 terlihat seperti cermin raksasa yang terus menerus memantulkan sinar Matahari.

Mengutip dari jurnal berjudul The High Optical Brightness of the BlueWalker 3 Satelite yang terbit di Nature, kecerahan puncak satelit ini mencapai magnitudo semu 0,4. Hal ini menjadikan satelit baru ini sebagai salah satu objek paling terang di langit malam.

Selain itu, LVA mencapai magnitudo V-band 5,5, memiliki empat kali lebih terang dari rekomendasi International Astronomical Union saat ini, yaitu magnitudo 73,6.

AST memperkirakan ada sekitar 90 satelit serupa yang akan mengorbit di langit dalam waktu dekat untuk membuat apa yang disebut oleh para ahli sebagai “konstelasi satelit”.

Kendati demikian, juru bicara AST mengatakan, konstelasi satelit serupa lainnya diperkirakan membutuhkan ribuan satelit untuk mencapai target.

“Kami sedang membangun jaringan broadband seluler berbasis ruang angkasa pertama dan satu-satunya yang dirancang untuk menghubungan ponsel pintar,” kata juru bicara AST.

Di sisi lain, prototipe satelit paling bercahaya ini menimbulkan kekhawatiran tentang apakah langit malam akan dipenuhi dengan terlalu banyak bintang buatan, karena ini bukan situasi yang terisolasi. Satelit Starlink milik SpaceX, misalnya, telah mendorong diskusi serupa.

Masa depan seperti tidak hanya menakutkan bagi para pengamat bintang, namun juga mengancam kerja para astronom.

Pasalnya, tingkat kecerahan yang berlebihan yang dibuat oleh manusia di langit secara langsung itu berdampak pada pengamatan astronomi, baik radio maupun optik.

Juru bicara AST mencatat bahwa ada perusahaan yang menyadari masalah kecerahan BlueWalker 3 dan berupaya mengatasinya dengan menerapkan sejumlah strategi termasuk berkolaborasi dengan NASA dan kelompok astronomi lainnya.

Selain itu, memposisikan antena gebang pada jarak yang cukup jauh dari zona radio yang penting bagi astronomi dan menggunakan manuver penerbangan roll-tilt yang mengurangi magnitudo semu.

AST juga bermaksud melengkapi satelit generasi berikutnya dengan bahan anti-reflektif dan berbagi data lokasi yang terperinci untuk membantu para astronom merencanakan pengamatan mereka.

Namun, Rawls menyarankan agar peraturan yang lebih jelas diberlakukan karena koordinasi dengan NSF, misalnya, hanya berlaku untuk peluncuran yang berbasis di AS.

Ia juga mengatakan bahwa tidak ada batasan yang efektif untuk berapa banyak satelit yang dapat diluncurkan atau dioperasikan oleh satu perusahaan itu.

Untuk menyimpulkan dampak dari BlueWalker 3 terhadap astronomi dan visibilitas langit malam, para peneliti melakukan kampanye internasional untuk mengumpulkan data pengamatan langit dari para pengamat bintang amatir dan profesional di seluruh dunia.

Data tersebut dikumpulkan termasuk data statistik dari Amerika Serikat, Maroko, Chili, Aotearoa, Selandia Baru, Meksiko, dan Belanda. (Dari berbagai sumber/ Nia Dwi Lestari).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *