Berita Website — Hujan membasahi sejumlah wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada Selasa (24/10) hingga Rabu dini hari (25/10). Namun ternyata, hujan yang turun belum mampu menyapu polusi udara.
Merujuk situs pemantau kualitas udara IQAir per Rabu (25/10), kualitas udara di beberapa kota di Jabodetabek masih buruk.
Berdasarkan catatan IQAir per pukul 07.00 WIB, Tangerang Selatan (Tangsel) menempati posisi pertama sebagai wilayah dengan kualitas udara terburuk di Indonesia pagi ini. Kualitas udara di Tangerang Selatan masuk kategori tidak sehat dengan nilai indeks kualitas udara (AQI) 181.
Kandungan PM2.5 di Tangsel stabil di status Tidak Sehat dan cenderung naik sejak pukul 04.00 WIB.
Berikut kronologi kualitas udara di Tangsel sejak pukul 04.00 WIB sampai 07.00 WIB:
- Pukul 04.00 WIB: AQI 162, PM2.5: 76,5 µg/m³
- Pukul 05.00 WIB: AQI 164 PM2.5: 81 µg/m³
- Pukul 06.00 WIB: AQI 173 PM2.5: 97,5 µg/m³
- Pukul 07.00 WIB: AQI 181 PM2.5: 114,5 µg/m³
Nilai pengukuran didasari oleh kadar PM2.5, partikel padar yang beredar di udara dengan ukuran lebih kecil dari rambut dibelah tujuh; 2,5 mikrometer. Sumbernya bisa dari asap kendaraan bermotor, industri, PLTU, dan pembakaran bahan bakar fosil lainnya.
Status udara sangat tidak sehat di Tangerang Selatan tak hanya terjadi hari ini saja. Terpantau udara sudah tak sehat sejak Minggu (22/10) dengan AQI 170.
Posisi kedua diduduki Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat dengan AQI 166, dengan konsentrasi PM2.5 84,3 µg/m³ atau 16,9 kali lipat dari batas yang dianjurkan WHO.
Kemudian diikuti Kota Surabaya dengan AQI 165, di posisi keempat ada Kota Denpasar dengan AQI 162, dan posisi kelima DKI Jakarta dengan AQI 160. Kualitas udara ketiga kota tersebut berstatus tidak sehat.
Sementara itu, berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kota Cirebon menempati peringkat pertama sebagai wilayah dengan kualitas udara paling tercemar pagi ini.
Berdasarkan pemantauan di Stasiun Pelindo II-B, Cirebon, Jawa Barat, per pukul 07.00 WIB, kualitas udara tidak sehat dengan kandungan PM2,5 mencapai 163 µg/m³.
Tangsel di peringkat kedua sebagai kota dengan kualitas udara tidak sehat dengan kandungan PM2,5 mencapai 113 µg/m³.
Bisakah Hujan Menyapu Polusi Udara?
Sejumlah ahli mengungkap hujan sebetulnya dapat memberi pengaruh baik pada kualitas udara karena faktor muatan listrik pada titik-titik air.
Poorna Khanna, peneliti Manajemen Lingkungan di platform pemantau polusi realtime AQI, mengatakan bahwa hujan mestinya menurunkan polutan udara yang paling umum, seperti partikel, dan menjadikan kualitas udara lebih baik secara drastis.
Fenomena ini disebut sebagai pengendapan basah (wet deposition), atau dikenal juga dengan pembilasan presipitasi, rainout, penghapusan basah, atau penghanyutan.
INFOGRAFIS: Polusi Udara Perpendek Umur
“Fenomena ini adalah proses alami yang menghilangkan materi melalui hidrometeor atmosfer, seperti hujan, hujan es, dan salju.Dia mengirim dan menyimpan pencemar ke tanah,” jelas Poorna Khanna.
Kendati begitu, IQAIR menyebut “hujan kurang efektif dalam mengencerkan PM2.5.” Hujan hanya membantu untuk mencairkan polutan udara dengan konsentrasi tinggi alias kasar (PM10), seperti debu, kotoran, dan serbuk.
“Hujan dapat membantu PM10 mengendap di tanah lebih cepat daripada partikel halus yang lebih kecil (PM2.5).” (Dari berbagai sumber/ Nia Dwi Lestari).