Berita Website — Sebagai gejala infeksi virus corona penyebab Covid-19, batuk kerap kali disepelekan. Padahal, dalam beberapa waktu terakhir, tren kasus Covid-19 tengah mengalami kenaikan.

Sering kali seseorang tidak sadar bahwa batuk yang dialaminya merupakan gejala awal Covid-19. Lantas, bagaimana cara membedakannya?

Pada dasarnya, batuk merupakan mekanisme alami tubuh dalam melawan patogen seperti virus dan bakteri yang masuk. Batuk terjadi saat tubuh tengah berusaha mengeluarkan bakteri atau virus yang menyerang.

Memang, cukup sulit membedakan gejala Covid-19 dan flu biasa. Terlebih, mutasi SARS-CoV-2 yang terus berlangsung dan membuat gejala semakin ringan.

Gejala flu biasa dan Covid-19 juga cenderung mirip. Berkisar dari batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan demam. Kemiripan gejala terjadi karena kedua penyakit tersebut sama-sama menyerang saluran pernapasan atas.

Namun, Anda mungkin bisa membedakannya dari karakter batuk yang dihasilkan. Pada umumnya, batuk yang menjadi gejala Covid-19 cenderung kering. Hal ini berbeda dengan batuk yang cenderung berdahak akibat flu biasa.

Dokter spesialis paru sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran UI Profesor Tjandra Aditama mengatakan, hal yang harus diperhatikan adalah jika batuk disertai dengan gejala-gejala lain. Berikut beberapa gejala yang perlu diperhatikan:

  • demam,
  • pilek,
  • sakit dada,
  • badan terasa lemas,
  • nyeri persendian,
  • indera penciuman berubah.

“Tentang siapa yang lebih perlu swab, maka dapat kombinasi dari mereka dengan gejala di atas, mereka dengan risiko tinggi seperti lansia dan orang dengan komorbid, yang kontak dengan pasien Covid-19,” ujarya, Selasa (12/12).

Bahkan, lanjut dia, jika mengalami batuk satu hari setelah berkontak dengan pasien positif Covid-19, maka Anda juga perlu langsung melakukan pengujian dengan antigen atau PCR.

Dalam beberapa waktu terakhir, tren kasus Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data sepanjang Oktober hingga November 2023 di mana kasus terlihat naik mencapai tiga kali lipat.

SARS-CoV-2 subvarian Omicron EG.5 da EG.2 disebut-sebut jadi biang kerok peningkatan tren ini. Keduanya pertama kali dideteksi di Indonesia pada awal 2023.

Selain di Indonesia, tren kenaikan kasus Covid-19 juga terpantau terjadi di sejumlah negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. (Dari berbagai sumber/ Nia Dwi Lestari).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *