Berita Website – Beberapa negara saat ini sedang mengalami konflik yang menyebabkan berbahaya bila dilakukan perjalanan internasional. Sebuah lembaga mengeluarkan daftar negara yang berbahaya dikunjungi tahun 2024. Apa saja?

Konsultan medis dan keamanan SOS mengeluarkan peta yang menunjukan negara-negara yang aman hingga beresiko dikunjungi. Sudan Selatan, Afghanistan, Suriah, Libya dan Somalia berada dalam daftar teratas negara yang berbahaya dikunjungi.

Peta tahunan ini menilai berbagai faktor untuk memberikan informasi kepada wisatawan dan pelaku bisnis tentang potensi ancaman di negara-negara di seluruh dunia. Laporan ini menggabungkan peringkat risiko medis dan keamanan, yang mencerminkan dampak peristiwa seperti konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan antara Israel dengan Hamas.

Adapun yang membuat beda peta tahun ini yaitu mencantumkan bahaya perubahan iklim. International SOS melihat tren peningkatan dalam jumlah peringatan terkait iklim yang dikeluarkan kepada klien seiring dengan meningkatnya suhu global yang meningkatkan risiko kesehatan di seluruh dunia.

Data yang dikumpulkan oleh Inform (kolaborasi antara Pusat Perubahan Iklim Euro-Mediterania dan Pusat Penelitian Gabungan Komisi Eropa), memperkirakan risiko krisis dan bencana kemanusiaan di masa depan yang disebabkan oleh perubahan iklim.

“Satu contoh saja, peristiwa panas ekstrem tahun ini, dengan gelombang panas pertama bernama Cerberus yang melanda Eropa, mungkin sudah biasa terjadi,” kata Dr Irene Lai, direktur medis global di International SOS.

“Selain dampak fisik dari panas ekstrem, terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental. Penting bagi dunia usaha untuk merencanakan hal ini, menyesuaikan cara hidup dan bekerja untuk melindungi kesehatan, sekaligus mengambil langkah-langkah untuk memperlambat dan pada akhirnya membalikkan tren kenaikan suhu,” tambahnya.

Negara-negara ini dinilai berdasarkan setiap kategori risiko yaitu medis, keamanan dan perubahan iklim menggunakan skala lima tingkat mulai dari rendah hingga sangat tinggi untuk medis dan perubahan iklim, dan ‘tidak signifikan’ hingga ‘ekstrim’ untuk keamanan.

Untuk ‘keamanan, negara Ukraina, Suriah, Irak, Afghanistan, Libya, Yaman, Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah dan Somalia semuanya diberi tingkat peringatan ‘ekstrim’. Sedangkan sebagian wilayah Lebanon, Wilayah Palestina, dan Rusia mengalami peningkatan risiko keamanan, begitu pula Ekuador dan sebagian Kolombia menyusul meningkatnya kriminalitas dan kerusuhan.

Namun, peringkat risiko di El Salvador dan sebagian Nepal mengalami penurunan akibat tren penurunan yang berkelanjutan pada sejumlah faktor risiko.

Sementara itu, negara-negara teraman berada di Eropa, di antaranya Islandia, Luksemburg, Norwegia, Swiss, dan Denmark.

Dalam kategori medis, negara-negara yang diberi label risiko ‘sangat tinggi’ adalah Suriah, Irak, Afghanistan, Yaman, Korea Utara, Wilayah Palestina, Haiti, Libya, Niger, Burkina Faso, Guinea, Guinea-Bissau, Sierra Leone, Liberia, Sudan, Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, Eritrea, Burundi dan Somalia.

Untuk kategori negara-negara yang berisiko ‘sangat tinggi’ terhadap perubahan iklim meliputi Suriah, Irak, Afghanistan, Yaman, Chad, Niger, Mali, Nigeria, Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan, Ethiopia, Somalia, Republik Demokratik Kongo, dan Mozambik.

Bagaimana dengan Indonesia?

Untuk kategori ‘medis’, Indonesia berstatus ‘variable risk’ yang artinya perawatan medis berkualita tersedia di kota-kota besar, namun bisa jadi ada keterbatasan layanan di tempat lain. Demikian pula, paparan terhadap makanan, penyakit menular yang ditularkan melalui air, atau penyakit menular yang berpotensi mengancam jiwa dapat bervariasi.

Dalam kategori ‘keamanan’, Indonesia berstatus ‘medium’. Kategori ini memiliki arti adanya kemungkinan kerusuhan politik berkala, protes dengan kekerasan, pemberontakan dan/atau aksi terorisme sporadis terjadi. Wisatawan internasional mungkin menghadapi risiko kekerasan komunal, sektarian atau rasial dan kejahatan kekerasan. Kapasitas layanan keamanan dan darurat serta infrastruktur bervariasi. Aksi industri dapat mengganggu perjalanan.

Begitu juga dengan status ‘iklim’ untuk Indonesia yaitu ‘medium’. (Dari berbagai sumber/ Nia Dwi Lestari).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *